Manuver Bakrie Group Agar Mudah Dapat Pinjaman

Hari itu, bisa jadi menjadi hari sial bagi Group Bakrie. Hari itu adalah 29 Mei 2006. Lumpur Lapindo menyembur di Porong, Sidoarjo. Meskipun Group Bakrie menyangkal bahwa semburan lumpur terkait dengan pemboran namun hasil audit BPK, pendapat mayoritas pakar pemboran dan juga dokumen rahasia Medco menyebutkan bahwa semburan lumpur di Sidoarjo terkait dengan aktivitas pemboran.

Hari sial berikutnya adalah ketika saham-saham grup Bakrie terus ambruk hingga kena auto rejection bawah selama 5 hari berturut-turut sejak suspensi dibuka. Para analis mengatakan manajemen grup Bakrie harus segera menyelesaikan masalah-masalahnya agar kinerja seluruh sahamnya tidak ambruk. Kejadiannya sekitar tahun 2008. Ruwetnya repro saham Group Bakrie bisa dibaca di sini.

Hari sial berikutnya terjadi pada tahun 2009, ketika PT Asuransi Jiwa Bakrie (Bakrie Life) diduga gagal membayar bunga serta pokok seluruh nasabahnya dengan nilai mendekati Rp 400 miliar. Hal itu ditengarai disebabkan penyelewengan penempatan portofolio yang dilakukan oleh manajemen perseroan.

"Total gagal bayar sekitar Rp 350-400 miliar," keluh salah seorang nasabah Bakrie Life seperti ditulis detik.com

Ketiga kejadian, yang tentu saja bukan sebuah kebetulan itu, menimbulkan krisis kepercayaan publik terhadap Group Bakrie. Seperti ditulis oleh Majalah TEMPO, sejak kasus lumpur Lapindo, repo saham Bumi, dan gagal bayar nasabah Bakrie Life meledak dalam tiga tahun belakangan ini, Grup Bakrie kesulitan mencari sumber dana. Bank lokal enggan mendanai proyek-proyek grup ini.

"Dengan reputasi sekarang, mereka susah cari duit ke mana-mana," kata Adrian Rusmana, Direktur Sucorinvest Central Gani, kepada Agoeng Wijaya dari Tempo.

Reputasi Group Bakrie menjadi semakin rontok ketika muncul isu dugaan keterlibatan group ini dengan tersangka Gayus dalam soal pajak. Kuasa hukum Gayus, Adnan Buyung Nasution, meminta majelis hakim memanggil PT Bumi Resources, PT Kaltim Prima Coal, dan PT Arutmin Indonesia ke persidangan. Menurut Buyung, kehadiran tiga anak perusahaan kelompok Bakrie itu penting untuk membongkar asal-usul uang di rekening Gayus, yang berjumlah lebih dari Rp 100 miliar.

Dugaan skandal pajak Group Bakrie semakin runyam dengan mencuatnya isu pertemuan antara Ical dan Gayus di Bali.

Bagaimana cara Group Bakrie memoles citranya agar mendapatkan kembali kepercayaan publik, utamanya dari lembaga-lembaga keuangan?

Salah satu caranya dengan Group Bakrie menggandeng Nathaniel Rothschild, keturunan pendiri Rothschild & Sons. Tujuannya tentu saja untuk mencari pinjaman baru dan memulihkan kepercayaan.

"Transaksi ini tidak akan berdampak apa-apa," kata seorang analis di perusahaan sekuritas asing. Menurut dia, apa yang dilakukan Bakrie tak beda dengan orang berusaha ganti baju lama dengan baju baru, sehingga mengesankan Bumi punya identitas baru. Tujuannya agar lebih mudah mencari pinjaman baru. lihat di Majalah TEMPO.

Soal isu skandal pajak, termasuk dugaan adanya pertemuan antara Aburizal Bakrie dengan Gayus? Karena isu skandal pajak itu lebih dekat dengan wilayah politik maka untuk mengatasinya dengan cara politik pula.

Menanggapi dugaan pertemuan Aburizal Bakrie dengan Gayus di Bali, Ical, panggilan akrab Aburizal Bakrie menengarai bahwa isu itu bermuara untuk melemahkan Partai Golkar. Padahal jika benar ada pertemuan antara dirinya dengan Gayus, tentu saja tidak dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

Lantas, apakah terpilihnya Ketua Umum KADIN yang merupakan orang dekat Ical juga dalam rangka memoles citra Group Bakrie?

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

Populer