Ulasan seorang pakar: “Geger boikot mie instant merk indomie di Taiwan tidak berpengaruh di dalam negeri. Karena kita dikaruniai sistem kekebalan lahir batin guna menangkal kandungan racun di dalam mie instant. Karakteristik alam dan linkungan Indonesia melahirkan insan insan yang mampu memproduksi air liur penangkal racun minor.” Demikian mengomentari berita situs Kompas di sini dan di sini.
Untuk membuktikannya pakar tsb mengajak puluhan warga dan tokoh masyarakat di Kramat Jati Jakarta Timur mendatangi komplek warung warung kaki lima. Di sana terlihat jelas betapa masyarakat berduyun antri makan mie instant. Baik penjual maupun pembeli sama sama puas.
“Kabarnya Indomie mengandung racun kenapa tetap dimakan? Pak Profesor yakin bahwa air liur kita kita punya daya tangkal penawar racun?” tanya seorang warga.
Profesor mengiyakan tapi warga penasaran, “Kami belum yakin, Prof. Coba jelaskan sekali lagi dong.”
Tuh enak kan ngiler…. (frxbook.com)
“Baiklah… Air liur itu menghasilkan ILER dan NGILER kepada pembeli dan produsen. Ngiler itu didorong oleh pandangan mata dan hasrat hati untuk menyantap yang nikmat nikmat. Yang nikmat itu melahirkan ketagihan dan rasa bahagia. Bahagia itu menghapus ingatan akan bahaya racun. Bahaya Racun itu lenyap bila ditangkal oleh ilmu NGILER dan ilmu CUEK…. Jadi, asal sama sama iklas makan racun dan iklas memproduksi racun tidak ada apa apa ‘kan? Jelaaaaas…?”
Demikian penjelasan Prof.DR.Dr.Ir. Raden Mas Kenthir Jokerseh, Phd Md Msc Mba Tk Sd Smp Sma Stm, seorang pakar gadungan merangkap Sekretaris Partai Kebangkitan Orang Kenthir. Semua warga pun ngakak cekikikan sampai ngosek. Kebetulan warga yang diceramahi adalah orang “kenthir” semua dari kota Brebes Jawa Tengah, di antaranya: Ali, Dodi, Budi, Anto, Dela, Mimin, Bambang, Wendi, Inge, Punky, Hasmi, Syam, Erwin, Tyas ( Siapa yg mo daftar lagi, hayooo….hahaha…).
*
Salam Nglunyum,
