Tentang Bugil Dan Video Mesum

Anak-anak dilahirkan dalam kondisi suci. Orang tualah yang nantinya membentuk anak, akan seperti apa. Artinya baik dan buruknya tingkah, prilaku anak sepenuhnya tergantung dari didikan kedua orang tuanya. Namun apakah unataian kalimat itu masih berlaku dikorelasikan saat ini?

Banyak anak-anak sebut saja usia antara 15-24 tahun, lebih kreatif dan lebih cerdas ketimbang orang tuanya. Kecerdasan dan kreativitas itu salah satunya didukung dengan fasilitas internet yang bias mendapatkan segala informasi apa saja. Logikanya, dengan fasilitas itu anak-anak sekarang harus lebih banyak berprestasi dan berkerasi dibanding anak-anak sebelum maraknya internet.

Lalu bagaimana faktanya?

Kemajuan internet ternyata tidak selamanya dan seluruhnya dimanfaatkan untuk hal-hal positif, alias mencari informasi atau referensi yang menunjang prestasinya. Menteri Pemberdayaan Perempuan yang saat itu dijabat Meutia Hatta Swasono mengungkapkan Indonesia yang sebetulnya negara religius, ternyata masuk dalam kelompok 10 negara-negara di dunia yang kerap mengakses berbagai situs porno di internet. Indonesia terdaftar pada peringkat ketujuh di dunia.

Iseng-iseng saya coba nanya ke mbah Google tentang beberapa kata yang memiliki konotasi seks. Dan data 2 November 2009 jam 17.30 WIB didapati jumlah pengakses kata-kata itu, diantaranya kata Bugil terdata 7,300,000 item, mesum 3,130,000 item, video pelajar 1,330,000 item, seksi 37,300,000 item, pelajar 8,930,000 item, porno 155,000,000 item, 17 tahun 16,300,000 item, cerita panas 1,610,000 ietm, dan kata telanjang sebanyak 4,180,000 item.

Ironisnya lagi, dari sekian ribu pengakses video porno, gambar porno atau yang berbau porno, diantaranya adalah anak usia sekolah dasar. Yayasan Kita dan Buah Hati pada tahun 2008 melakukan survey pada 1.625 siswa kelas 4-6 sekolah dasar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Pada survey ini terungkap bahwa 66 % dari mereka telah menyaksikan materi pornografi lewat berbagai media. Sebanyak 24 % di antaranya lewat komik, 18 % melalui games, 16 % lewat situs porno, 14 % melalui film, dan sisanya melalui VCD dan DVD, telepon seluler, majalah dan koran.

Mereka umumnya menyaksikan materi pornografi itu karena iseng (27%), terbawa teman (10%), takut dibilang kuper (4%). Ternyata anak-anak itu melihat materi pornografi di rumah atau kamar pribadi (36%), rumah teman (12%), warung internet (18%), rental (3%). Fantastis bukan? Dan itu baru di tingkat SD, bagaimana dengan pelajar SLTP, SLTA atau Mahasiswa yang berebut menyaksikan video mesum, yang sejatinya pemerannya adalah rekannya sendiori???

Hemm memang, seks tidak ubahnya duit, tidak akan pernah habis dan puas. Meskipun dengan cara-cara halal, seks dan duit tempat menggoda untuk segera dimiliki dan dinikmati. Padahal kalau dilihat dari dampaknya terhadap otak, ternyata seks jauh lebih berbahaya ketimbang narkoba. Jika narkoba menyebabkan 3 syaraf otak rusak, maka pornografi menyebabkan 5 syaraf otak yang rusak!

Dr Adre Mayza Sp.S(K) dan Ibu Elly Risman dalam acara acara Untukmu Ibu Indonesia beberapa bulan lalu menjelaskan beberapa akibat dari pornografi pada otak anak. Diantaranya adalah:

  1. Bagian depan otak yang mengatur gerak dan perilaku akan menyusut. Bisa berpengaruh pada berkurangnya rasa tanggung jawab.
  2. Neuron transmitter, yakni bagian otak yang mengontrol pada kesenangan, bekerja berlebihan. Pada saat dewasa mereka akan berperilaku hanya berdasarkan kesenangan saja, sehingga tidak dapat mengontrol dirinya.
  3. Ketidakmampuan mengontrol batasan perilaku, akibatnya kecendrungan untuk mudah depresi lebih besar.
  4. Saat dewasa anak-anak yang biasa menyaksikan pornografi hanya memandang wanita sebagai objek seksual saja.
  5. Ada kemungkinan melakukan kekerasan seksual dan phedophilia.

Singkatnya Bu Elly Risman mengatakan bahwa jika narkoba menyebabkan 3 syaraf otak rusak, maka pornografi menyebabkan 5 syaraf otak yang rusak!



Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

Populer